Anak Ku Pulanglah! Corona Membuat Ibu Khawatir
Gambar by @ Google |
Hai sahabat Laa Carita, masih setia baca cerpen yang admin buat ya? Hehee…! Terimakasih ya, sudah menyempatkan waktu untuk membaca beberapa cerpen yang admin buat. Semoga isi ceritanya bermanfaat untuk pembaca semua dan termasuk buat admin sendiri. hehe..!
Oh iya, kali ini admin menuliskan cerita lanjutan yang kemarin, yang berjudul Karena Corona Daganganku Sepi Pembeli. Tetapi sebelumnya, juga ada cerita lagi di bagian pertama yang berjudul Apakah Anakku Positif Terkena Corona Virus. Sedangkan yang ini adalah cerita yang ketiga.
Bagi sahabat Laa Carita yang belum membaca dibagian yang pertama dan kedua, silahkan dicoba di baca terlebih dahulu ya? Heheee…!
Emmm…! Kalau untuk cerita berikutnya masih ada lagi loh…! Yang bagian ke empat. Kebetulan ceritanya masih dalam proses pembuatan. Jadi teman-teman harap bersabar untuk menunggu ya?
Pokoknya teman-teman tenang saja, pasti kalau cerita yang bagian ke empat sudah selesai dalam penulisan, akan admin post langsung di halaman ini. Oke! Hehee..! ya sudah, sekarang selamat membaca ya?
Anak Ku Pulanglah! Corona Membuat Ibu Khawatir
Minggu lalu Ibu Minah mendapat telepon dari anaknya yang bernama Andini. Ia menanyakan tentang kondisi kesehatan anaknya selama bekerja di Taiwan. Karena pada waktu satu bulan yang lalu Bu Minah mendengar kabar dari Andini kalau dia sedang dalam keadaan sakit demam dan sesak pernapasan. Hal ini membuat Bu Minah merasa sangat khawatir dengan keadaan anak perempuannya. Apalagi sekarang ini banyak beredar berita tentang adanya wabah virus yang melanda di setiap negara. Termasuk salah satunya adalah di Indonesia.
Virus yang dimaksudkan adalah virus corona atau covid-19. Terhitung sejak awal mula penyebaran virus corona di negara Cina di daerah Wuhan sangat berdekatan dengan negara Taiwan. Penyebaran virus ini begitu cepat menular dari manusia ke manusia atau dari elemen benda lain yang memang dapat menjadi tempat dimana virus itu berada.
Andini yang saat ini bekerja sebagai karyawan pabrik perusahaan kain yang ada di negara Taiwan. Ia sudah dua tahun lamanya menghabiskan waktu untuk bekerja disana. Setiap pagi hingga sore ia harus bekerja tanpa mengenal lelah. Terkadang ia juga harus pulang sampai malam karena mengikuti jam lembur dibagian yang ia pegang. Maka sangat wajar, jika ia terkadang merasa bosan dan capek.
Dalam pikirannya, ia merasa ingin cepat pulang kerumah tinggal bersama dengan keluarga seperti dulu. Tetapi karena masih ada kontrak satu tahun lagi yang belum selesai, maka ia harus menjalani pekerjaan itu dengan bersabar.
Sedangkan adiknya yang bernama Wahyu juga akan bekerja di Taiwan sebagai TKI bersama dengan teman satu kampung bernama Doni. Dahulu semenjak masih duduk di bangku sekolah SMK Wahyu sudah berkata kepada kakaknya kalau setelah selesai sekolah, ia akan pergi ke Taiwan untuk ikut bekerja di sana.
Atas dasar keinginan Wahyu untuk segera lulus sekolah dan langsung bekerja untuk bekerja membuat Andini merasa bersyukur. Karena Wahyu mempunyai tekad yang kuat seperti Andini waktu dulu. Dalam benak Andini, ternyata Wahyu adalah sosok adik yang sangat luar biasa.
“Asslamualaikum Bu!” ucap Andi lewat telepon.
“Walaikumkum salam Nak! Bagaimana keadaan mu sekarang? Apakah sudah sembuh? Jawab Bu Minah ibunya.
“Iya Bu, alhamdulillah sudah sembuh. Sekarang aku juga sudah mulai bekerja seperti biasa lagi. Cuma selama aku tidur aku mengasingkan diri dengan teman yang lainnya.
“Loh! Kenapa Nak! Kok bisa begitu,” ucap Bu Minah penasaran.
“Iya Bu, ini sudah menjadi kebijakan di sini. Apabila ada yang sedang sakit, maka harus tinggal di tempat yang berbeda dengan teman yang lain. Jelas Andini singkat.
“Terus kamu tinggal dengan siapa nak!” Kok ibu justru jadi khawatir.
“Andini tinggal berdua dengan mbk Yuli, teman satu pabrik. Kebetulan mbk Yuli juga masih sakit. Jadi kita berdua tinggal bersama sampai benar-benar sembuh.
“Tapi kamu tidak positif terjangkit corona kan nak? Ibu ini sangat benar-benar khawatir loh…! Apalagi waktu kemarin kamu ngasih tahu Ibu tentang gejala sakitmu itu. Dari demam, batuk, sesak bernafas dan juga nyeri di bagian paru-baru. Terus hasil rongsenmu bagaimana nak? Ucap Bu Minah lagi yang saat itu benar-benar penasaran.
“Alhamdulilah, Andini tidak positif virus corona Bu? Andini hanya kecapean dan kurang istirahat. Karena semenjak awal bulan Januari kemarin di tempat Andini bekerja sering kali lembur. Jadi ya pulangnya sampai larut malam. Soal hasil rongsen ternyata Andini mengidap paru-paru kotor bu. Mungkin penyebabnya karena bagian yang Andini kerjakan banyak debu. Tetapi tidak apa-apa kok Bu, kata dokter Andini sudah baikan kok! dan Andini juga sudah bisa melanjutkan aktivitas pekerjaan lagi.
“Oh..! ya sudah! Ibu senang dengernya Nak! Yang terpenting kamu harus selalu jaga kesehatan ya nak? Pesan ibunya singkat.
“Iya, Bu. Terimakasih! pasti Andini akan selalu jaga kesehatan.
Setelah mendengar kabar dari Andini, Bu Minah merasa lega. Ke khawatirannya terhadap anaknya sekarang sudah hilang terganti dengan kebahagiaan. Apalagi dengan Wahyu anak laki-lakinya yang waktu itu memberi kabar kalau dia juga sehat. Cuma karena kesibukannya di asrama yayasan membuat aktivitasnya full setiap hari. Selain itu, selama ada di asrama Wahyu hanya diperbolehkan menggunakan handphone satu minggu sekali. Tepatnya di hari Minggu. Maka sangat wajar, jika waktu itu Bu Minah saat menghubungi Wahyu nomornya sudah tidak aktif lagi.
Hanya saja sekarang ini, aktivitas di lingkungan komplek rumah Bu Minah masih siap siaga dengan melakukan upaya menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga kesehatan bersama. Kebijakan ini menjadi salah satu kebijakan dari pemerintah tentang kewaspadaan akan virus corona covid-19.
Terlebih lagi masyarakat yang ada di komplek perumahan Bu Minah secara kompak menerapkan tentang kewajiban meletakkan tong air atau tempat penyimpan air lengkap dengan sabun pembersih. Ini setiap rumah wajib untuk menyediakannya di halaman depan rumah masing-masing. Jadi kalau ada orang lain yang akan bertamu terlebih dahulu untuk mencuci tangan ditempat yang sudah disediakan.
Selain itu, apabila ada kerabat atau saudara yang jauh datang dari luar kota diharapkan untuk segera melapor ke pihak kelurahan atau ke RT/RW terdekat. Setelah itu yang bersangkutan untuk berdiam diri dirumah selama empat belas hari. Banyak masyarakat yang mengistilahkan sebagai bentuk karantina mandiri di dalam rumah.
Pada waktu sore hari saat Bu Minah sedang menyapu halaman di depan rumah. Tiba-tiba Bu Rita dan Bu Umi datang menghampiri. Mereka menanyakan kepada bu Minah kalau kalau Wahyu jangan boleh pulang dulu. Karena keadaan wabah virus corona semakin meningkat.
“Permisi Bu Minah..! duh rajinnya,” ucap Bu Rita.
“Iya ini buk! Jawab Bu Minah sambil tersenyum.
“Oh iya Bu, saya mau bertanya nih..!” sekarang kan lagi ada instruksi untuk selalu siap siaga menanggulangi virus corona. Seperti peraturan yang ada di desa kita sekarang. Sementara anak Ibu Minah si Wahyu kan dia lagi ada di Jakarta. Jadi saran kami dia jangan boleh pulang dulu bu? Karena siapa tahu bisa membawa penyakit virus corona. Jadi kami merasa khawatir apabila ini benar-benar terjadi, jelas Bu Rita lagi.
“Iya, benar itu. Si Wahyu jangan boleh pulang buk!” Tambah Bu Umi.
Mendengar apa yang baru saja di ucapkan oleh Bu Rita, sontak membuat Bu Minah merasa panik. Ia teringat degan Wahyu yang masih yang ada di asrama. Memang kemarin waktu wahyu menghubungi Bu Minah ia akan pulang dalam waktu dekat ini. Karena dari pihak yayasan belum ada kepastian untuk pemberangkatan dirinya ke negara Taiwan. Jadi semua calon tenaga kerja yang ada di asrama di sarankan untuk pulang terlebih dahulu. Sedangkan Bu Minah pun menanggapinya dengan serius dan langsung membolehkan anaknya untuk segera pulang kerumah. Apa lagi akhir bulan ini sudah memasuki bulan puasa. Jadi Bu Minah ingin sekali berkumpul dengan keluarga dirumah.
Tetapi setelah mendengar penjelasan dari Bu Rita dan Bu Umi membuat Bu Minah merasa bersedih. Hatinya kelu matanya nanar memandang tumpukan sampah yang belum selesai ia bersihkan. Kenapa keinginannya untuk bertemu dan berkumpul dengan keluarga dirumah seperti ada yang melarang. Bukankah Wahyu baik-baik saja, tidak terkena virus corona sedikitpun.
“Buk Minah…! Kita yang ada komplek perumahan ini tidak mau wabah virus corona sampai ada di lingkungan sini. Apalagi jika ada orang yang datang dari perantauan yang tempat tinggal sebelumnya sudah banyak yang terjangkit virus corona.
Dan bisa saja terjadi, meskipun dia sehat tidak positif terjangkit virus corona. Tetapi waktu dalam perjalanan pulang bisa juga tertular dari orang lain buk!” Entah di jalan, di dalam bus atau di tempat peristirahatan. ucap Buk Rita seolah membuyarkan lamunan Bu Minah.
“Duh…! Amit-amit, jangan sampai virus itu sampai ada di komplek perumahan sini ya Buk,” tambah Bu Umi disertai tubuhnya seolah menggigil.
Apa yang baru di ucapkan oleh Bu Rita dan Bu Umi benar-benar membuat Bu Minah merasa geram ingin marah. Karena mereka seolah-oleh menyudutkan Wahyu sebagai orang yang akan membawa virus corona di lingkungan komplek perumahan. Padahal itu belum tentu benar, dan tidak mungkin Wahyu sampai positif pembawa virus corona. Tetapi mengapa mereka berdua terlalu berprasangka buruk seperti ini? Oh..! tidak. ini tidak mungkin terjadi pada diri Wahyu. "Ya..! Allah, lindungilah anak kami di sana"
Tidak lama kemudian datanglah Buk Ijah yang berjalan cepat mencoba mendekati Bu RIta, Bu Umi dan Bu Minah yang kelihatannya sedang asyik ngobrol di depan rumah. Bu Ijah adalah seorang seorang istri dari pak RT setempat. Saat Bu Ijah melihat ada Bu Rita, Bu Umi dan Bu Minah yang lagi asyik berkumpul di halaman depan rumah membuatnya langsung menasehati untuk segera membubarkan diri.
“Hey…! Maaf ya ibu-ibu. Di tempat ini bukan untuk berkumpul saling ngerumpi,” Ucap Bu Ijah dengan nada keras.
“Memangnya ibu-ibu ini tidak tahu ya, kalau kita disarankan untuk tidak berkumpul dulu dengan yang lain. Saat ini cukup kita berdiam diri saja dirumah tidak usah ngapa-ngapain yang sifatnya bercampur dengan orang lain. Jadi cukup kita sendiri, tidak usah mendatangkan keramaian. Silahkan ibu-ibu pada pulang kerumah masing-masing. Silahkan Bu Rita, Bu Umi kalian pulang kerumah. Jelas Bu Ijah lagi.
“Iya, ini Bu RT! Jadi kita ini hanya menanyakan kepada Bu Minah kalau anaknya yang bernama Wahyu jangan boleh pulang dulu dari perantauan. Biar tidak membawa wabah virus corona di tempat kita Bu? Ayo Bu Umi, kita pulang saja. Ajak Bu Rita merasa kesal.
“Iya, Buk ayo kita pulang!. Balas Bu Umi singkat.
Setelah itu, Bu Ijah langsung ikut pergi meninggalkan Bu Minah yang saat itu masih berdiri di depan rumahnya. Bu Ijah tidak menanyakan permasalahan apa yang sedang terjadi barusan dengan Bu Rita dan Bu Umi. Ia hanya berbalik badan dan pergi begitu saja.
Hingga sampai tepat menjelang magrib tiba Bu Minah masih teringat dengan perkataan Bu Rita dan Bu Umi tadi sore. Setelah mendengar penjelasannya, Bu Minah tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Apakah harus segera menyuruh anaknya untuk tidak pulang kerumah atau justru sebaliknya.
Di saat itu juga, Bu Minah mencoba menghubungi Wahyu dengan pesan singkat yang di tulis pada aplikasi whatsapp.
“Anakku, Wahyu..! kalau di asrama selama ini tidak memungkinkan untuk tinggal di sana. Maka segeralah kamu pulang kerumah. Karena Bapak dan Ibu sangat mengkhawatirkanmu nak”