Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Andaikan Dia Tahu

andaikan dia tahu

Namanya Okta, seorang gadis yang aku kenal ketika masih di SMA. Waktu itu, dia di kelas XII, jurusan IPA. Semenjak aku mengenalnya banyak hal yang membuat ku tak bisa melupakannya sampai sekarang.

Dari nama dan raut wajahnya sudah tidak asing lagi. Entah kenapa sejak aku mengenalnya tujuh tahun yang lalu. Timbul perasaan yang tak menentu, ya perasaan asing yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

Entah perasaan ingin tahu tentang dia sekarang atau hanya sekedar kagum dengan sikapnya dulu. Berawal  ketika aku sebagai mahasiswa yang sedang Praktik Kerja Lapangan di SMA-nya. Sejak itu pula,  tidak pernah aku ungkapkan tentang perasaan ku kepadanya.

Rasa ini hanya aku simpan dalam hati. Aku tahan rasa ini setiap kali aku bertemu dengannya di sekolah. Malu rasanya, jika dia tahu yang sebenarnya. Bukan berarti aku tak berani untuk mengungkapkan rasa ini. Tapi aku masih menunggu waktu yang tepat.

Jika aku ungkapkan saat itu juga, sepertinya tidak mungkin. Karena aku tidak mau mengganggu konsentrasi nya di sekolah, apalagi saat itu akan menghadapi Ujian Nasional. Cukup hanya rasa ini aku simpan setiap hari.
Setelah selesai Ujian Nasional aku sudah tak lagi Praktik Kerja Lapangan di SMA-nya. Jujur aku merasa kecewa,seperti ada sesuatu yang membuat ku hilang.
Karena penasaran ku yang sudah tidak tenang lagi, aku beranikan untuk mencoba menghubungi nya lewat sms. Dari keseringan ku menghubungi nya membuat ku semakin mantap untuk segera jujur.
Tapi di sisi lain, ada yang membuat ku ragu. Dia tidak pernah menjawab apa-apa. Hanya diam dan terdiam. Saat itu, aku bertanya tentang rencana kerja setelah selesai sekolah.
“Okta, kalau saya boleh tahu, setelah selesai sekolah nanti kamu akan kerja di mana?” tanya padanya.
“Kalau ini kamu tidak perlu tahu, nanti kamu akan tahu sendiri ”. Balasnya singkat!!
“Oh gitu ya, balasku.”

Setelah beberapa hari berselang aku justru aku semakin penasaran. Cuma karena nanya mau kerja di mana tidak mau memberi tau. Apakah pertanyaan ku salah!! Hufftttttt.. aku masih bertanya-tanya dalam hati.
Waktu itu perasaan ku sudah tidak bisa tertahan lagi. pokoknya sebelum dia pergi, aku akan ungkapkan perasaan ku yang sesungguhnya. Aku akan curahkan segala rasa isi hati.
Jika aku biarkan saja sampai dia pergi, mungkin aku agak sedikit kecewa. Tapi ini bukan soal kecewa atau tidak, ini adalah soal perasaan yang aku alami. Sakit rasanya jika hanya aku pendam dalam hati saja, maka akan aku tekatkan niat untuk mengungkapkannya.
Namun, di saat aku mencoba untuk berani dan lebih berani lagi. aku semakin takut kala dampak dan resiko yang menimpa ku. Aku takut kalau dia tidak menyimpan rasa apa pun padaku, rasa yang amat terkesan dan spesial.
Tetapi saat itu aku tidak perduli, dengan resiko itu. Dan benar.. aku mengungkapkannya saat itu juga. Tapi tidak secara langsung atau bertemu. Melainkan hanya hanya lewat sms saja yang aku tulis beberapa teks sampai lima page. Itu semua berisikan kata isi hatiku yang sebenarnya.
Mengenai cepat atau tidaknya aku ungkapkan selama aku berkenalan dengannya aku tak butuh waktu lebih lama lagi, yang aku butuhkan adalah kata balasan dan kepastian. Karena ini menyangkut soal perasaan ku yang sebenarnya.
Ketika pesan yang aku tulis sudah dia baca, dia hanya membalasnya dengan kata maaf yang intinya berisikan dia hanya menganggap ku sebagai kakak, itu tidak lebih. Kakak disaat itu juga. Dengan sedikit nanar wajah ku membaca pesan itu, aku terasa malu dibuatnya.
Mengapa aku begitu ceroboh untuk mengatakan yang jujur. Seharusnya aku tunggu respon yang kiranya dia bisa menerima. Cukup sampai disitu, aku tidak tanya lagi alasan dia tidak menerima perasaan ku. Aku hanya diam dan terdiam dalam kebisuan.
Mungkinkah ini memang yang harus aku rasakan, dia telah jujur kepadaku dan aku juga jujur kepadanya. Dia hanya menganggap ku sebagai seorang kakak saat itu.

Apa lagi yang harus aku lakukan
Aku sangat menyayangi nya seperti aku menyayangi diri ku sendiri
Berikan petunjuk kepadaku. Sekarang!!!
Sudah terasa berat aku merasakan rindu tentang dirinya.
Berikan aku petunjuk untuk bisa menjaga rasa ini.
Saat itu, aku mulai jarang berkomunikasi dengannya. Sampai-sampai nomor hpnya aku hapus dari kontak telefon ku. Itu kulakukan agar aku bisa dengan cepat melupakannya, karena tidak mungkin dia akan menerima ku apa adanya.
Dia pun sama seperti aku, tak pernah lagi sms atau pun telefon. Karena memang mungkin dia sudah disibukkan dengan kerjanya. Aku dengar dari Nur aini, dia kerja di pabrik sepatu di Serang Banten.
Namun seiring dengan berjalannya waktu  lama-kelamaan rasa rinduku terasa kuat aku rasakan. Sudah satu tahun lebih aku tak dengar kabarnya. Aku tak tahu apakah dia masih ingat denganku atau tidak dan aku tak tahu sekarang dia sudah mempunyai pacar atau belum.
Kucoba menghubungi Nur aini, dan ku minta kembali nomor hp nya lagi. aku agak sedikit ragu dan malu dalam diriku sendiri. Masih teringat kejadian setahun yang lalu cukup membuatku kecewa. Namun kupaksakan diriku mencoba menghubungi nya.

“Assalamu’alaikum… apakah ini nomer nya Okta,”
Pesan singkat ini tak langsung dia balas, selang beberapa hari ada pesan masuk dari hp ku. Kulihat dan ku buka ternyata pesan masuk dari nomor yang belum aku beri nama.

“Maaf ini siapa, iya aku Okta!!!” membaca balasannya, aku sedikit kaget karena benar dia Okta. Saat itu aku tak tau harus jujur atau bohong. Kalau aku kasih tau sebenarnya aku siapa nanti dia malah tak mau membalasnya lagi. aku berfikir sejenak, antara jujur atau tidak, mau jawab iya atau bukan. Akhirnya ada pesan masuk lagi,
“Maaf nama kamu siapa, kemarin kamu yang sms aku belum ada namanya.”

Aku tambah tak karuan, tangan ini gemetar saat pegang hp. Akhirnya aku balas pesan singkat itu.
“Maaf Okta ganggu kerja kamu.. ini aku yang dulu pernah PKL di sekolah sewaktu kamu masih di SMA.
Dalam pesan itu aku tidak menuliskan inisial namaku, mungkin dia juga sudah tahu pikir ku. Dia sudah tau aku yang sebenarnya. ketika di saat dia tidak sedang bekerja dia selalu sms atau telefon, justru sebaliknya aku juga.
Hingga waktunya tiba, saat menjelang hari raya idul fitri dia pulang kampung. Aku merasa senang dan bahagia, karena dia akan pulang dan akan aku beranikan untuk sekedar main kerumah nya.

Malam itu, Okta tidak aku beri tahu kalau aku akan main kerumah nya. Dengan rasa PD aku bergegas meluncur ke rumahnya. Laju motorku begitu cepat, seakan mengejar angin.
Ku lirik jam tanganku, “Haaaaaaaaaa, masih jam setengah tujuh. masak iya jam segini sudah main sih” gumam ku dalam hati seakan tak wajar. Kalau jam setengah tujuh kan masih sore, apa aku tidak mengganggunya kalau aku bertamu sekarang.
Aku tak cukup mengerti dengan keadaan seperti ini. Mungkin karena rasa rindu yang kualami ingin segera melihatnya, hingga membawa ku lupa akan waktu. Sesampai di dekat rumahnya laju motorku berjalan agak perlahan.
Kupandangi kedepan, dan kulihat seorang perempuan yang sedang duduk dikursi di tak jauh dari jalan. Semakin jelas lagi, saat motorku melewati depan rumahnya. Ternyata benar, dia adalah Okta, dia sedang asyik sendirian main hp. Tak kuasa aku melihat, tak berani aku berhenti dan menyapanya.
Akhirnya aku urungkan niat ku untuk tidak main malam itu juga, hatiku berdebar tak karuan  bertanya-tanya di kala motor yang aku naiki berjalan terus melaju dengan kencang.

“Apakah benar dia Okta?, kok rambutnya pendek si? Terus kenapa dia sendirian main Hp?, apakah dia sedang bercanda gurau dengan pacarnya lewat hp!! Huft…. Aku bingung sendiri, seribu pertanyaan membuatku semakin tak percaya.
Aku pulang dengan membawa harapan yang hampa, rasa rindu yang terpendam kian hilang begitu saja setelah aku melihatnya malam itu.
Namun, di malam berikutnya aku keberanian diri ini. tujuanku hanya ingin tau tentang kabar dan bersilaturrohim dengan keluarganya… tepat pukul 19.45, ku ketok pintu beberapa kali seiring dengan ucapan salamku.

“Asslamu’alaykum” ucap ku pelan, berharap ada yang menjawab”.
“Walaikumsalam”  kata yang terdengar pelan, menuju pintu.

Tak lama kemudian pintu dibuka, nampak seorang gadis berdiri tegap.. ya, aku tak sedikitpun pula dengan gadis itu.
Mulut ini seakan kaku, ketika akan menyapa.

“Okta”
“Oh… kamu” jawabnya singkat seraya menyuruh ku untuk masuk dan duduk..
“Silakan masuk,” iya!! Jawabku.

Saat itu juga aku tak kuasa untuk memulai pembicaraan. Antara malu dan canggung kian menggebu didalam hati ini. tak lama kemudian datanglah seorang ibu setengah baya, membawa segelas air sirup dan sepiring nangka. Ibu itu berjalan melangkah menuju aku di duduk. Di letakannya gelas sirup dan nangka itu tepat di hadapanku.

“Ini siapa Okta” tanya ibu setengah baya kepada Okta..
Belum sempat Okta menjawab, sudah aku potong pertanyaan..
“Saya temannya Okta bu”.. ungkap ku sedikit canggung.
“Oh teman sekolah apa teman kerja”
“Teman sekolah dulu bu”.. jawabku langsung!!
“Ya, sudah ini silahkan dimakan buang nangka nya..
“Iya, bu! Terima kasih!!!
Lalu Ibu setengah baya itu pergi meninggalkan ruang tamu. Ku lihat hidangan yang ada di top les. Semua terisi penuh dengan kue-kue lebaran. Aku coba cicipi buah nangka sembari berkata kepadanya.
“Tadi itu ibu, kamu ya”
“Iya!!”….
“Em, baik banget ya!!
“Ya, begitu deh” jawabnya sangat singkat.

Disaat malam itu, aku bertanya tentang kabar, dan dimana dia bekerja.. tidak bisa kubayangkan jika aku berani datang kerumah nya. Padahal sebelumnya aku justru malu dan sangat malu atas kebodohanku dulu.

Waktu pun berputar, tepat pukul 20.30 aku pamitan pulang kerumah. Aku tak ingin main lama-lama di rumahnya. Cukup hanya melihat wajahnya, sudah membuatku sangat senang. Apalagi dengan kabarnya yang sehat selalu, dia akan pergi berangkat lagi ke pabrik sepatu.

Sebenarnya aku tak ingin bertanya banyak tentangnya apalagi menyangkut soal hati. Aku ingin menata hubungan sebagai persahabatan, yang kekal.. ya, persahabatan ini lebih baik untukku dan untuk dirinya.

Buat Okta.

Aku berterima kasih kepadamu
Terimakasih atas semuanya
Terimakasih juga buah jeruknya yang kemarin
Ucapan dari nenekku, “Kamu itu baik banget”
Maafkan aku jika selama ini aku selalu membuat kamu tak nyaman
Aku yang selalu banyak salah, tak sepantasnya mengenal kamu
Sekarang aku tau diri, dan aku justru banyak belajar akan masa lalu ku
“Em……!! aku doakan sukses selalu”!! tetap semangat meraih impian dan semua berubah begitu cepat, Besarnya harapan dalam diri ini, terjawab sudah.