Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penyesalanku

Penyesalanku
Gambar by Google

Saat malam tiba, Dewi duduk termenung di dalam kamar. Dinginnya malam semakin terasa, membuat tubuhnya segera beranjak ke atas ranjang. Ingin rasanya ia cepat untuk tertidur, tetapi teramat susah. Kedua bola matanya masih menatap tajam jumlah kayu penyangga dipan. 

Hal ini, membuatnya teringat akan peristiwa tadi siang saat di sekolah. Lalu Dewi menghela nafas panjang mencoba untuk menenangkan diri. Namun apalah daya, ia tidak bisa melupakan kejadian itu. Ternyata sahabat yang sudah aku kenal  tiga tahun yang lalu tega membohongi ku. 

Sore tadi tanpa pikir panjang Dewi langsung menuju rumahnya. Tak lama, ketika sedang berbaring di kasur handphone nya tiba-tiba berbunyi. Ternyata ada pesan masuk dari sahabatnya Novi. Saat Dewi membaca pesan masuk dari Novi. Dewi begitu terkejut mengetahui isi pesan tersebut. 

“Maafkan aku Dewi, Sebenarnya aku juga menyukai Reza.” 
“Itu sebelum kamu mengenalnya, aku sudah dari awal suka padanya.”

Setelah membaca pesan sms itu, Dewi tidak langsung membalasnya. Tangannya kaku tak sanggup untuk menekan huruf demi huruf pada keyboard handphone.  Dia hanya bisa terdiam  merasakan kekecewaan yang mendalam. Setelah tadi siang ia melihat Reza jalan berdua dengan Novi. 

“Aaaaapa!! Ucap Dewi  terbata-bata.” Ternyata selama ini kau tega Novi, kau tega bermain di belakang ku. “Haaahhh!” 

“Aku harus bagaimana?” Haruskah aku memarahi Novi yang selama ini jadi teman baikku. Kenapa dia tidak berkata jujur dari awal kalau memang dia menyukai Reza dan kenapa baru aku ketahui sekarang. Ucap Dewi dalam hati, seolah tidak mampu menerima kenyataan. 

Lama berlalu ia mulai memejamkan mata perlahan. Sayup-sayup ia masih teringat kejadian tadi siang. Tiba-tiba handphone nya berbunyi lagi, ada pesan sms masuk. Setelah melihat ada nama Novi di kontak masuk. Dengan cepat Dewi membaca pesan tersebut.

“Dewi sahabatku, Tadi siang aku telah menyatakan perasaan ku kepada Reza.”
“Aku tidak ingin menunda kesempatan lebih lama lagi.” 

Aku yang menyukainya sejak pertama menjadi siswa baru di sekolah. Maafkan aku Dewi, kalau perkataanku, menyakiti kamu.

Inilah  isi pesan masuk kedua yang Dewi baca. Dewi sangat terkejut, air matanya kembali membasahi pipi, mulutnya terasa kelu untuk berucap. Betapa sedihnya hati Dewi, karena merasa dirinya dibohongi. 

Selama ini, Dewi bercerita tentang sosok Reza yang ia kagumi. Tapi ternyata, Novi lebih awal menyukai Reza. Lalu Dewi memberanikan diri untuk mencoba membalas pesan masuk tersebut. 

“Yang benar kamu Novi, kamu tidak bercanda kan? Lalu apa kata Reza? 

Itulah isi pesan balasan Dewi. Tak lama kemudian Handphone  kembali berdering pertanda ada pesan baru masuk lagi.

“Iya benar Dewi, aku serius mengatakan perasaan ku kepada Reza.” Aku jujur  kalau aku menyukai nya sejak lama, sebelum kamu mengenalnya. Tetapi dia bilang kalau akan menjawabnya besok di sekolah. 

Mengetahui pesan balasan sms Novi, Dewi pun menghela nafas panjang semakin getir  perasaannya sekarang. Hancur sudah harapan untuk bisa dengan Reza. Ia mencoba untuk menerima kenyataan ini. 

“Iya Novi!” Aku mengerti, kamulah yang duluan menyukai Reza. Sedangkan aku hanya seorang pendatang yang baru mengenalnya. Aku yang terlalu cepat untuk menyukai nya lebih awal. 

Aku yang akan mengalah tentang perasaan ini. Semoga engkau bahagia. Ucap Dewi dalam hati dengan perasaan yang sedih. Ia mencoba memaksa dirinya untuk cepat tidur, mencoba melupakan tentang kata-kata yang Novi kirim lewat sms.  

Inilah perasaan antara seorang sahabat,  perasaan Dewi kepada Novi yang sama-sama menyukai Reza. Tapi Dewi menganggap Novi lah orang yang tepat mencintai Reza. Lalu setelah itu, Dewi meletakkan handphone nya diatas meja dan mencoba untuk tidur kembali. 

Hari telah berganti, tiba di sekolah Dewi datang lebih awal. Tidak seperti hari biasanya ketika ia berangkat ke sekolah pasti bersama dengan Novi. Namun hari ini tidak, ia masih teringat akan kejadian kemarin siang dan beberapa sms yang ia baca tadi malam. Hal ini membuatnya ingin sendiri. 

Waktu istirahat tiba, Dewi melihat Novi duduk berdua di taman sekolah, di depan ruang perpustakaan. Ia mengamati dari jauh, rasanya ingin dekat bersama dengan mereka. Ingin mendengar apa yang Novi katakan pada Reza, dan apa jawaban Reja selanjutnya untuk dewi. Apakah mereka sudah jadian!!. Oh…!! Sungguh membuatnya penasaran. 

Tapi apa urusanku, selama ini aku hanya orang baru di sekolah ini. Aku tidak ingin merusak hubungan mereka. Biarlah aku ikhlaskan perasaan ku sama Reza. Aku tak pantas, memilikinya.

Tak lama kemudian bel masuk berbunyi tiga kali, pertanda waktu istirahat telah selesai. Satu persatu siswa berlarian masuk ke kelas masing-masing. Tapi tidak dengan Dewi. Ia masih berdiri tegap di depan pintu perpustakaan, ia tak ingin meninggalkan momen yang membuatnya penasaran, antara Novi dan Reza. 

Namun tak lama berselang dari kejauhan terlihat Reza berdiri dari tempat duduknya. Dengan  Wajah tampan, berbadan tegap ia mencoba mengulurkan tangan kepada Novi yang masih asyik duduk. 

Senyum manis Reza terlintas dari jarak jauh Dewi melihat. Sepertinya Reza  mencoba meyakinkan Novi untuk segera masuk ke kelas, karena bel sudah lewat sepuluh menit berlalu. 

Khawatir kalau di ada guru yang melihat, pasti kena tegur. Entah selanjutnya kalimat apa yang Reza ucapkan pada Novi. Apakah benar-benar mereka sudah jadian! Oh..!! betapa sakitnya hatiku! Terasa sesak nafas ku jika benar ini terjadi.

Lalu dilihatnya Novi yang sedari tadi masih duduk termenung. Entah apa yang dia pikirkan, bukannya dia senang bisa jadian dengan Reza. Tapi kenapa wajah Novi terlihat musam seperti itu. Apakah Reza menolaknya!

Di tempat itu, Reza yang masih berdiri tegap berulang kali ia mengajak Novi untuk segera masuk kelas. Lalu mencoba menarik tangan Novi untuk cepat berdiri. Betapa kagetnya aku yang melihat mereka bergandeng tangan, berdiri dan berjalan bersama menuju ruang kelas. 

Aku yang menyaksikan kejadian ini yang kedua kalinya, hari ini di taman sekolah depan perpustakaan dan kemarin siang waktu pulang sekolah. Jadi memang benar, mereka sudah jadian. Selamat ya Novi, kamu memang pantas untuk bersama dengan Reza. Semoga kamu bahagia dengannya.

Saat pulang sekolah, rasanya Dewi ingin sekali cepat sampai ke rumah. Ia ingin melampiaskan rasa sedihnya di dalam kamar. Sudah tidak tahan lagi kalau ia mengingat kejadian tadi waktu istirahat. 

Selesai sudah harapan rasa cinta pertama yang ia pautkan dengan Reza. Tidak ada yang salah antara Novi dan Reza, mereka memang pantas bersama. Aku lah yang salah salah terlalu yakin dengan perasaan ku sendiri. 

Perasaan ini semakin menggebu dalam hati Dewi. Tepat di depan gerbang sekolah ia mencoba lari menyebrangi jalan menuju halte.Tanpa ia sadari, ada sepeda motor yang melaju kencang dari arah timur. Sedangkan Dewi sudah terlanjur menyeberangi jalan tanpa menoleh ke kanan kiri. Dan akhirnya. Brakkk!!! Tubuh Dewi terpental jauh dari arah tengah jalan. 

Sedangkan pengendara sepeda motor tersebut juga ikut terjatuh. Baju seragam sekolah warna putih berubah menjadi merah karena darah. Tubuh Dewi lemas, ia tak sadarkan diri. Tangan, kaki, hingga kepala terluka mengeluarkan darah. 

Orang-orang yang ada di tempat itu berlarian menghampiri Dewi yang masih tergeletak di tengah jalan. Mereka bergerombol mengelilingi tubuh Dewi dan mengangkat tubuhnya ke pinggir jalan. Sedangkan yang lain ikut membantu mengangkat tubuh sang pengendara motor. Keadaan mereka sama-sama parah, tak ada yang sadarkan diri. 

Dari arah pintu gerbang sekolah Novi berlari mendekat, mencoba melihat apa yang sedang terjadi. Kenapa banyak orang yang berkumpul tengah jalan. Kenapa  siswa sekolah banyak yang menangis histeris. 

Apa yang sedang terjadi. Novi penasaran, ia langsung berlari menuju ke tempat kejadian. Ternyata ada kecelakaan, dan yang membuat ia merasa kaget ternyata dia adalah Dewi sahabatnya sendiri. 

Sahabat yang selama ini, banyak bercerita tentang rasa cintanya pada Reza. Rasa kagumnya pada sosok Reza yang selama ini menjadi dambaan Dewi. Tapi ia malu untuk mengungkapkannya langsung. Karena statusnya yang masih sebagai siswa baru di sekolah. Apalagi Reza belum lama ia kenal.  

Melihat tubuh Dewi sekarang, Novi tak sanggup berbicara apa-apa. Ia hanya bisa  menangis, seolah menyesal kenapa ini bisa terjadi. Tubuh Dewi yang tiga hari kemarin masih segar penuh dengan canda tawa, bercerita tentang kebahagiaannya saat baru mengenal Reza. 

Kini, tubuhnya lemas di penuhi darah segar. Mukanya pucat, lebam penuh dengan luka-luka. Tidak tahan dengan keadaan Dewi sekarang, lalu di pangku dan peluknya tubuh Dewi erat. Sambil menangis kencang Novi memanggil-manggil mana Dewi berulang kali.

“Dewi..!! Dewi!! Bangun!! Ayok bangun Dewi..! ini aku Novi!!”  
“Jangan kau tinggalkan aku, aku minta maaf Dewi. Aku yang bersalah telah menyatimu.” 
“Dewi, Bangun..!!” 
“Dewi….!!!!!

Berulang kali Novi mencoba memanggil nama Dewi, tetapi belum juga sadarkan diri. Sekarang seragam sekolah Novi juga ikut merah akibat banyaknya darah yang keluar dari tubuh Dewi. 

Ia menyesal, semenjak kejadian kemarin dan sms tadi malam membuatnya bersedih. Apa mungkin tadi waktu istirahat, Dewi juga melihat saya saat duduk berdua di taman sekolah depan perpustakaan. Mungkin benar, karena setiap hari di saat jam istirahat pasti Dewi pergi ke perpustakaan. 

Pasti Dewi melihat ku duduk bersama dengan Reza. Novi teringat tentang isi sms tadi malam yang ia kirimkan ke Dewi kalau Reza akan menjawab balasan waktu di sekolah. Ini pasti Dewi sudah menyangka kalau aku benar jadian. 

Ohh…!!! Dewi bangun, aku ingin berbicara dengan mu. Maaf kan aku Dewi..! aku minta maaf, aku telah menyakiti perasaanmu. Entah kalimat apalagi yang harus Novi ucapkan, agar Dewi bisa sadarkan diri. Lalu Novi mendekat ke arah telinga Dewi, mencoba berbicara pelan sambil menangis.

“Dewi, kamu harus tahu kalau Reza tidak menerima cintaku.”
“Reza mengatakan kalau ia ingin fokus belajar dan menganggap ku sebagai teman biasa, bukan yang lain.”
“Bangun Dewi, maafkan aku.”

Di saat kalimat itu terucap, Dewi belum juga sadarkan diri. Lalu di lihat wajah cantiknya yang ternyata meneteskan air mata. Ternyata ia mendengar perkataan Novi. Lalu  di peluknya kembali sambil mengusap air mata yang keluar membasahi pipi secara perlahan.

“Dewi..!! Maafkan aku.”

Tak lama kemudian, mobil ambulance datang ke lokasi untuk mengantar dewi dan pengendara motor ke rumah sakit.