Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pesan Menjelang Ujian Nasinoal

Pesan Menjelang Ujian Nasinoal
Gambar by Google

Kawan… aku akan menceritakan rasa gelisah ku kepada kalian semua. Ya… rasa gelisah yang akhir-akhir ini seakan menghantui pikiran ku. Tentang apa itu? adalah tentang persiapan menjelang ujian nasional tahun ini. Aku berharap setidaknya cerita ini bisa menjadi obat penawar gelisah ku yang semalam aku rasakan. 

Untuk sahabatku yang tahun ini akan mengikuti ujian nasional mudah-mudahan ujian nasional tahun ini dapat kita ikuti dengan baik dan lancar. Semoga cerita ini bermanfaat dan bisa menjadi renungan untuk kita bersama. 

Namun sebelumnya jangan ada yang merasa takut, kalau cerita ini menyangkut masalah pribadi di sekolah. Karena pada intinya rasa gelisah ku tertuju pada Ujian Nasional tahun ini. Dan jujur aku masih merasa was-was dengan diriku sendiri ketika menghadapi Ujian Nasional besok. 

Kawan! Tahu kah engkau!!

Semalam aku tak bisa tidur dengan nyenyak. Entah kenapa tidak seperti biasanya aku seperti ini. Terkadang aku cepat terlelap di kala malam mulai menyapa. Dan disaat itulah aku mulai mencoba merangkai mimpi-mimpi ku sebelum tidur. Antara sadar dan tidak aku mulai membayangkan, menikmati keindahan alam dengan sejuta asa dalam hidupku. 

Sebuah cita-cita menjadi harapan ku, ingin rasanya cepat aku raih dengan nyata dan sempurna. Rasanya sudah tak sabar lagi aku menunggu untuk memilikinya. Karena sudah sekian lama mimpi-mimpi itu tertanam dalam angan ku. 

Ingin aku gapai dan ku genggam mimpi itu justru pikiran ku sungguh tak karuan. Tubuh ini serasa lemas tak berdaya ketika mencoba untuk mulai melangkah lagi. 

Jejak  itu adalah tujuan akhir ku untuk menggapai cita-cita. Dan di saat itulah aku mulai sadar kalau sebuah impian itu tak mudah untuk di perjuangkan. Aku buka mata ini sejenak memandang  ke langit-langit kamar yang begitu gelap tak bercahaya. 

Hanya terlihat sebatang lampu neon putih menggantung tepat diatas pyan tempat tidur ku. Lampu neon yang sudah ku matikan sejak tiga jam yang lalu dan saat itulah aku masih terbujur lemas diatas kasur pembaringan ku. 

Dinginnya malam kian menyapa, membuat tubuh ku mulai merinding lebih kuat. Segera ku tarik selimut ke atas hingga menutupi bagian kaki dan tubuhku. Ingin rasanya aku cepat untuk tidur lagi merangkai mimpi yang telah putus, tetapi teramat susah bagiku untuk merangkainya lagi.

Mata ini masih belum bisa untuk diajak kompromi, pandanganku menatap keatas melihat lampu neon dan  kayu penyangga pyan tempat tidur. Hal ini, membuatku mulai melamunkan diri. Aku menghela nafas panjang, mencoba untuk mengatur nafas ku dari dalam perut. Hingga ku keluarkan secara perlahan-lahan melalui rongga hidung. Berharap agar aku bisa cepat terlelap. 

Namun sudah berulang kali aku mencoba untuk mengatur nafas ini, tapi masih saja pikiran ku tak karuan. Pikiran yang akhir-akhir ini selalu membuatku tak bisa konsentrasi saat belajar di sekolah. Dan memang di semester ini kegiatan belajar di sekolah cukup membuatku melelahkan. Bagaimana tidak! Setiap hari harus berangkat ke sekolah pulang hingga larut sore. 

Terkadang ketika pulang sekolah tubuhku seakan tak berdaya lagi, pikiranku terus terkuras, tulang-tulang ini seakan lepas dari persendian. Tapi semua ini tidak membuatku patah semangat. Akan aku jalani hari-hariku untuk belajar dan terus belajar dengan ikhlas dan sabar. 

Akan aku tunjukkan kepada orang tuaku kalau aku bisa membanggakan mereka. Tentu inilah yang mereka mau. Tapi maaf untuk ayah dan ibu mungkin saat ini aku belum bisa membantu kesibukan dirumah. Bukan berarti aku malas atau yang lainnya. 

Tetapi aku angin lebih fokus untuk belajar disekolah. Mohon untuk ayah dan ibu agar bisa mengerti keadaanku sekarang, dan selalau mendoakan agar aku bisa menjalaninya dengan sungguh-sungguh. Semoga doamu menyertai belajar ku ayah.. ibu..!!

Ayah….Ibu, sebenarnya aku tak tega lagi melihat mu setiap hari bekerja banting tulang. Setiap hari harus bergelut melawan waktu dari panasnya terik matahari dan derasnya hujan. Sedangkan aku asyik bermain dengan kesibukkan ku sendiri tanpa pernah membantu mu atau sekedar menemani mu bekerja. Tanpa pernah menyapa mu saat engkau pulang dari sawah atau kebun. 

Ketika engkau di rumah aku selalu meminta uang. Aku tak pandang engkau punya uang atau tidak, aku hanya bisa memaksa dan marah apabila keinginanku tidak di turuti. Tapi saat itu aku tidak mau tahu, bahkan aku tak pernah perduli akan hal itu. bahkan sering aku emosi berkata kasar kepadamu tanpa memandang engkau adalah orang tuaku. 

Sekarang demi aku, engkau rela bekerja berangkat pagi hingga pulang sampai larut malam. Bahkan disaat engkau sakit pun tetap masih bekerja. 

“Ayah…Ibu, Aku sekarang sadar  kalau perlakuan ku teramat salah.”
“Maafkan segala perbuatan yang pernah aku lakukan sebelumnya.” 
“Aku berjanji akan membuat mu bangga, membuat mu tersenyum bahagia dengan cita-cita yang ku capai. Hal ini aku lakukan hanyalah untukmu ayah dan ibu.

Kawan! Tahu kah engkau!!

Aku menangis ketika mengingat orang tuaku. Entah kenapa seperti ada rasa sesal yang begitu dalam pada diriku. Selama ini aku telah menyia-nyiakan kesempatan ku untuk bisa bersama dengan mereka. 

Tak pernah sedikitpun aku mengerti perasaan mereka yang telah merelakan separuh hidupnya hanya untukku. Memperjuangkan seluruh tenaga dan pikirannya agar aku bisa sekolah dengan baik. 

Sekarang orang tuaku tidaklah sekuat dulu, tidak secantik dan setampan dulu. Semua ini terlihat dari ujung rambutnya yang kian memutih, kulitnya yang kian mengkriput, serta kedua mata dan pipinya tak sekencang dulu lagi. 

Hari-hari ku saat dirumah tak pernah membuat mereka tersenyum. Tak pernah ada canda tawa yang aku berikan kepadanya. Karena sifat ku yang teramat kaku, seakan kurang menerima keadaan dalam keluargaku. 

Bahkan di rumah pun aku tak pernah membuatkan air teh untuknya, tak pernah aku menyiapkan air hangat untuk mandi di kala pagi dan sore, tak pernah memegang pundak atau kakinya sekedar untuk memijit tubuh mereka. Justru aku sering diam diri di dalam kamar, bahkan pernah aku pergi dari rumah jika apa yang aku minta tidak juga dipenuhi. Oh Tuhan!! maafkanlah aku yang banyak salah ini. Ampunilah segala perbuatan yang pernah aku lakukan kepada orang tuaku.  

Mengingat hal ini aku pun menangis  air mata ku mengalir membasahi pipi hingga ke bantal guling ku. Aku menangis dan terus menangis meratapi kesedihan yang menimpa diriku. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan selain berdoa kepada allah SWT. 

Di saat itu juga aku singkapkan selimut yang ada di tubuhku. Lalu tarik selimut itu kekanan hingga jatuh kelantai dan ku biarkan begitu saja. Kusandarkan tubuh ku ini pada pyan penyangga. Aku terduduk lemas tak berdaya. Sisa-sisa air mata ini masih membekas di kedua pipi ku. 

Serta isakan tangis masih tak bisa ku hentikan juga. Lalu ku hidupkan lampu neon yang tak jauh dari tempatku duduk ku. Kini suasana malam dikamar ku sudah berubah menjadi terang, tidak gelap seperti tadi. Sepintas ku lirik jam dinding yang ada diatas meja belajarku sudah menunjukkan pukul setengah tiga pagi. 

Di atas meja itu terlihat beberapa tumpukan buku-buku sekolah yang belum aku rapikan. Aku biarkan begitu saja buku itu berserakan diatas meja. Malam kian berlalu semilir angin kian merambat menjalar ke seluruh tubuhku. Lalu ku tarik keatas menutupi tubuh dan kaki. Kini sudah tidak sedingin tadi. 

Tapi entah kenapa aku masih belum bisa melupakan rasa gelisahku. Aku masih membayangkan hal-hal yang begitu sulit aku lukiskan. Dan disaat itu juga, aku mulai teringat dengan teman-temanku disekolah.  

Kawan!! Tahu kah engkau!!

Aku teringat ketika masih menjadi siswa baru di MTs ini. Saat minggu-minggu pertama masuk sekolah, orang tuaku yang mengantarkan ku berangkat sekolah setiap hari. Aku menjadi siswa baru yang memang saat itu masih lugu, belum punya banyak teman.

Aku yang saat itu belum mengenal sikap dan karakter kalian. Aku yang saat itu belum terbiasa beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang berbeda dari sebelumnya. Engkau pun pasti begitu, belum juga mengenali ku sepenuhnya. Tapi lambat laun akhirnya kita pun saling mengenal satu sama lain dan tak terasa kini sudah hampir tiga tahun lamanya kita berada di sekolah ini.

Jujur aku merasa senang dan bangga bisa bersama kalian semua. Karena bersama kalianlah kehadiran dan kecerian selalu hadir disetiap hari-hari ku di sekolah hingga aku merasa nyaman dan semakin betah. 

Kekompakan dan kebersamaan ini semoga akan terus terjaga sampai kita lulus nanti. Dan aku berharap dari kalian semua untuk bisa saling mengerti dan menjaga kebersamaan ini. 

Jangan sampai melupakan kenangan-kenangan terindah yang pernah kita lalui disekolah ini sampai kapanpun. Karena dari sinilah letak persahabatan yang sesungguhnya hingga akan terjalin persahabatan yang kekal dan abadi.

Kawan!! Tahu kah engkau!

Berbagai prestasi diluar sekolah sering kali kita raih di sekolah ini. Tentu ini menjadi suatu kebanggaan bagi kita, orang tua dan sekolah MTs ini. Bagaimana tidak! Perjuangan yang memang itu sangat berat, dapat kita raih dengan penghargaan. Meskipun bukan berupa materi, tapi itu sangatlah berarti bagi kita. 

Karena di situlah letak titik keberhasilan atas kemampuan kita selama ini. Dari perlombaan-perlombaan yang sering kali kita ikuti justru banyak yang berbuah hasil dengan prestasi juara. Tentu ini menjadi pengalaman yang luar biasa bagi kita selama berada di sekolah ini. Jujur saat itu aku merasa bangga ketika sekolah kita mendapat juara.

Saat itu aku merinding seakan bulu-bulu roma ku berdiri disertai bintikan kecil menyelimuti kulitku. Entah kenapa, tak dapat aku katakan rasa senang ku. Rasanya aku ingin berteriak sekencang-kencangnya melampiaskan segala amarah rasa senang ku yang tak terkira. Berlarian kesana kemari dengan memegang piala sekuat-kuatnya dan kuangkat piala itu keatas seakan memamerkan kepada orang lain di kala fota bersama. 

Kawan! Tahu kah engkau!!

Tidak terasa sekarang kita sudah di kelas IX, yang tidak lama lagi kita akan mengikuti ujian nasional. Masih kah kau ingat ketika kita di kelas tujuh dan delapan dulu. Mungkin saat itu kita asyik bermain tanpa mementingkan belajar, baik itu di sekolah maupun dirumah. Dan untuk saat ini aku ingin mengajak  kalian semua, ayo kita berubah untuk fokus dan serius lagi dalam belajar. 

Mari kita kurangi kegiatan atau aktivitas yang memang itu tidaklah penting. Jangan biasakan sifat-sifat  buruk kita ketika masih di kelas tujuh dan delapan dulu. Mungkin dari kita dulu ada yang sering tidak berangkat sekolah (bolos). 

Mungkin ada dari teman kita yang selalu berbuat gaduh saat belajar, ada yang selalu berisik ketika dalam kelas, ada yang sering lupa atau tidak pernah mengerjakan PR, ada yang tidak pernah bawa buku ke sekolah, toh bawa buku pasti ada yang bukunya justru ditinggal di kelas diletakkan pada laci-laci meja sampai berhari-lari lamanya. Semua ini seakan menjadi kebiasaan yang melekat pada diri kita. Sungguh ironis jika ini masih terus kita lakukan.

Kawan! Tahu kah engkau!!

Sebentar lagi kita akan mengikuti ujian nasional di tahun ini, dan tidak hanya ujian nasional saja yang memang itu penting. Ada beberapa ujian lain yang harus kita lewati, seperti; ujian semester genap, ujian sekolah, ujian madrasah, ujian praktik, pra ujian nasional, dan ujian nasional. 

Dari semua bentuk ujian yang yang ada! sudahkah kita mempersiapkan segala sesuatu yang memang kita perlukan? Sudahkah kita siap untuk mengikuti ujian nasional dan ujian yang lain di tahun ini? Lalu apa persiapan kalian? Memang kalau kita hitung dengan istilah waktu (jam,menit,detik), hari, bahkan minggu mungkin masih lama sekali kita menunggu. 

Tetapi kalau kita hitung dengan bulan, hanya tinggal dua atau tiga bulan lagi kita akan mengikuti ujian nasional tersebut. Dan situlah kemampuan kita selama di sekolah tiga tahun ini akan diuji hanya beberapa hari saja. Coba kita bayangkan, kalau waktunya ujian nasional tiba, kita dalam posisi yang kurang siap, justru ini malah menjadi malapetaka bagi kita. 

Untuk itu, marilah kita bersama-sama merubah diri kita masing-masing untuk belajar lebih semangat lagi, baik itu dirumah maupun di sekolah. Bukankah ini yang lebih penting dari pada bermain yang tidak jelas manfaatnya!! Aku ingin pada diri kita ada dorongan untuk menuju perubahan yang lebih baik. 

Ya, suatu perubahan yang harus kita lakukan sendiri tanpa bantuan orang lain. Tapi semua ini harus dilandasi dengan ikhlas dan sabar, serta do’a dari kalian semua dan orang tua kita. Semoga ketika waktu ujian nasional tiba, kita dapat melewatinya dengan memperoleh nilai yang baik. 

Tentu dengan nila-nilai yang amat memuaskan. Tidak hanya di nilai ujian nasional saja, tetapi di nilai-nilai ujian yang lain pun tentu lebih baik pula. Amin.

Aku percaya dengan kemampuan kita, pasti kita bisa merubah diri kita yang lebih baik lagi. Maka dari itu, mari kita satukan semangat untuk belajar dirumah dan di sekolah. Kekompakan dan kebersamaan ini mari kita wujudkan dalam bentuk saling mengingatkan satu sama lain.


Pesan penulis

“Buat sahabat ku semua yang akan menghadapi ujian tahun ini, saya yakin kalian punya impian yang begitu besar dalam hidup kalian. Dan saya percaya bahwa kalian sangat tahu langkah-langkah hebat yang akan kalian lakukan dari sekarang hingga ke depan nanti. 

Maka sukses ujian nasional adalah sebuah langkah kecil yang amat mudah kalian lakukan. Dan belajar adalah langkah panjang yang semakin mendekatkan kalian pada sebuah impian dan cita-cita. Maka dari itu selamat berjuang  untuk meraih kesuksesan pada kalian semua. 

Gapai lah mimpi-mimpimu itu secara nyata. Berubahlah yang lebih baik lagi dari sekarang, kalau bukan kamu siapa lagi, kalau tidak sekarang mau kapan lagi.  Semoga doa saya menyertai kalian semua. Amin.