Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketulusan Cinta Penuh Perjuangan

Kisah cinta penuh dengan perjuangan
Gambar by Google
“Bu..! Dalam waktu dekat ini aku akan melamar mu.” Sekarang! Orang tua ku sudah setuju kalau kita menikah.” Ucap ku dengan nada pelan.
“Lantas aku masih khawatir Pak! Apakah kamu serius atau tidak.” Jawabnya.
“Iya, bu! Aku serius!” Karena aku sangat menyayangi mu.
“Tapi kau tahu sendiri kan….??  tentang karakter ku?” Balasnya lagi.

Suasana di kantor sekolah menjadi sangat sepi. Saat itu sudah tidak ada guru lagi selain Pak Agung dan Bu Umi yang sedang duduk di kursi ruang tamu. Mereka berdua sedang membicarakan keseriusan tentang hubungannya yang sudah terjalin kurang lebih satu tahun. 

Pak Agung yang seorang guru sekaligus teknisi kejuruan memiliki kepribadian yang baik. Sifat dan karakternya yang dewasa serta humoris membuat Bu Umi jatuh cinta saat pandangan pertama di sekolah. 

Bu Umi yang juga seorang guru agama, selain cantik juga sangat baik penuh perhatian. Mereka berdua di pertemukan di sekolah SMK yang ada di daerah Pantura. Sebuah daerah yang jauh dari keramaian kota. Di sekolah inilah yang membuat mereka saling jatuh cinta pandangan pertama. 

Awal pertemuannya saat Bu Umi sebagai guru baru di sekolah itu. Sedangkan Pak Agung sudah tiga tahun mengabdikan dirinya di sekolah sebagai seorang guru. Karena mereka sering bertemu di ruang kantor, membuat Pak Agung diam-diam menyukai Bu Umi.

Apalagi saat itu, Bu Umi masih berstatus jomblo belum punya pacar. Ini kesempatan baik bagi Pak Agung untuk mendekati  Bu Umi PDKTE. Saat jam istirahat di ruang kantor ternyata diam-diam mereka saling curi pandang. 

Entah apa yang mereka pikirkan sampai terlihat senyum-senyum sendiri. Mungkin ini adalah tanda-tanda orang yang sedang jatuh cinta di tempat kerja yang sama.

“Asalamulaikum Bu..!” Sapa Pak Agung lewat pesan singkat whatsapp.
“Iya pak! Walaikumsalam.” Balas Bu Umi.
“Lagi apa Bu!” 
“Lagi ngerjain tugas ini pak! heeheee!!” Balas Bu Umi lagi.
“Oh..!! berarti saya ganggu ya Bu?”
“Tidak kok pak, santai aja!” 

Malam itu, Pak Agung begitu senang bisa berkomunikasi dengan Bu Umi. Meski hanya sebatas lewat pesan whatsapp yang ia kirim. Setidaknya mewakili ungkapan isi hati untuk mulai mencuri perhatian Bu Umi. 

Sebenarnya ia ingin menyampaikan hal penting tentang perasaannya, tapi belum saatnya. Ia masih ragu dengan dirinya sendiri, karena baru pertama bisa berkirim pesan. Saat malam semakin larut, Pak Agung masih saja terbayang akan kehadiran Bu Umi secara nyata. 

Hal ini ia rasakan hingga membuatnya sulit untuk tidur. Wajah cantik dan kepribadian yang baik telah meracuni ke lubuk hati. 

“Assalamulaiakum..! Selamat pagi!” Ucap Bu Umi yang baru datang.
“Walaikusalamlam Bu! Pagi juga.” Jawab Bu Fetra yang duduk dikursi depan di ruang guru.

Pagi itu pukul 07.00 di sekolah SMK belum banyak guru yang datang. Baru ada Pak Agung, Bu Fetra dan Pak Supri selaku juru kebun. Kebetulan hari itu adalah jadwal piket Pak Agung dan Bu Fetra untuk mengkondisikan sekolah. 

Seperti mengkondisikan kebersihan sekolah, kehadiran guru, dan pengkondisian kegiatan belajar  mengajar di dalam kelas. Apabila di hari itu ada guru yang tidak berangkat, maka guru piket yang harus mengkondisikannya. Ini sudah berlaku sejak diputuskannya rapat tahun ajaran baru kemarin. 

Sementara yang bertugas sebagai guru piket di hari Selasa dan Rabu adalah Pak Agung dan Bu Fetra. 

“Ehemmmm!!! Uhuk-uhukk!!” Mendadak Bu Fetra sengaja batuk saat melihat Pak Agung . 
“Duh..! Pak Agung ini! Pagi-pagi udah senyum-senyum sendiri.”
“Cie..cie..!!! yang lagi kasmaran.” 

“Udah!! Ngomong aja langsung, tidak usah ngelihatin seperti itu! Entar di ambil orang loh…!!”

“Apah sih Bu!!” Ucap Pak Agung sedikit malu. 
“Aku tahu loh Pak, kalau bapak ini naksir sama Bu Umi..! Hehee…! Iya kan?” 
“Jujur aja Pak!” Bapak cocok kok kalau jadian sama Bu Umi.! 
“Aku pasti setuju kalau Bapak ini jadian!” Jelas Bu Fetra kepada Pak Agung yang kebetulan waktu itu duduk bersama di kursi ruang tamu. Sedangkan Bu Umi sudah masuk ruang kelas menit yang lalu.

“Heheheee…!” Minta doanya ya Bu, semoga Bu Umi mau jadian sama saya. Soalnya akhir-akhir ini entah kenapa pikiran ku selalu terbayang dengan Bu Umi. Tadi malem kami saling kirim pesan bu. 
“Cieeee!” Ada yang mulai perhatian sama Bu Umi nih…!! Semangat pak!! 
“Iya bu!” Terimakasih.

Hingga akhirnya Pak Agung dan Bu Umi benar-benar jadian. Mereka selalu bersama ketika ada jam istirahat di sekolah. Terkadang mereka pergi ke tempat wisata sekedar jalan-jalan mengisi waktu liburan. Sekarang mereka bagaikan dua sejoli yang benar-benar serasi. Banyak cerita yang mereka bagi tanpa ada yang di tutup-tutupi. 

Satu sama lain mereka saling melengkapi. Baik pekerjaan sekolah maupun pekerjaan luar, mereka saling membantu. Hal inilah yang menjadikan Bu Umi semakin yakin dengan keseriusan Pak Agung. Sikap dewasa dan ketulusannya telah menaklukkan hati Bu Umi dalam beberapa bulan terakhir.

Sikap Bu Umi sekarang semakin ceria, apalagi dengan karakternya yang banyak bicara. Sudah Pak Agung anggap sebagai hal yang biasa. Memang yang namanya cinta, harus saling mengerti dan saling melengkapi. 

Apapun kekurangan dan kelebihan yang di miliki itu adalah hal yang sangat wajar. Semua atas dasar cinta yang ikhlas akhirnya mereka bisa bersatu dan menjalin hubungan selama satu tahun. Memang di saat menjalaninya tidak semudah yang dibayangkan, pasti ada saja persoalan yang terkadang membuat mereka jengkel bahkan di buat marah. 

“Bu, Tadi aku lihat mantan mu yang dulu!” Ucap pak Agung.
“Mantan yang mana pak!” Balas Bu Umi. 
“Itu loh..!Yang pernah kamu ceritakan dulu!” 

“Oh..!! Yang itu yah..!!! Hahahaaaa!!! Jawab Bu Umi tertawa keras.
“Kok malah ketawa sih bu! Aku serius ini?” Tambah Pak Agung meyakinkan.
“La terus suruh ngapain Bapak…! Kalau Bapak ketemu dengannya, lantas aku suruh gimana coba!

“Kan sekarang aku sudah jadi milik Bapak, toh misalnya kita menikah juga Bapak adalah mantan ibu! Iya kan? Hahaaaa….!!! Jelas Bu Umi lagi.
“Oh..!! iya juga ya?” Hahahaha….! Akhirnya mereka berdua tertawa bersama.
“Ah..! Jangan-jangan Bapak cemburu ya?”

“Enggak lah Bu..!” Aku cuma ngasih tahu aja, ngak lebih dari itu.
“Ya sudah bagus kalau begitu! 

Dua hari kemudian Pak Agung bertemu dengan teman satu kantor namanya Pak Subhan. Mereka berdua sudah berteman sejak lama. Lebih tepatnya waktu kuliah masa kuliah dulu. 

Apalagi sekarang mereka satu pekerjaan di SMK, jadi Pak Subhan tahu betul tentang kepribadian Pak Agung dan keluarganya. Hari itu, Bu Umi tidak ada jam mengajar di SMK. 

Saat di ruang kantor guru Pak Subhan dengan membawa segelas kopi berjalan mendekati Pak Agung yang sedang sibuk memperbaiki laptop sekolah. 

“Maaf pak, mengganggu!” Ucapnya.
“Ah tidak pak! Ini saya cuma liat-liat mesin laptop, dari kemarin kok mati. Balas pak Agung.
“Bapak serius dengan Bu Umi.” Balasnya lagi.

Mendengar perkataan dari Pak Subhan yang mendadak bertanya seperti itu membuat Pak Agung kaget dan berhenti dari aktivitasnya memperbaiki laptop. Ingin rasanya langsung ia jawab pertanyaan itu, tetapi tidaklah mungkin. 

Kenapa Pak Subhan mendadak bertanya seperti itu? Padahal dia kenal aku sejak lama. Apa mungkin dia tidak percaya dengan keseriusan ku dengan Bu Umi!.

“Memang ada apa pak, kok tumben tanya seperti itu!” Jawab Pak Agung dengan tatapan serius.

“Iya, maaf pak kalau pertanyaan ku ini membuat mu kaget.” 

Bukannya aku tidak setuju hubungan Bapak dengan Bu Umi. Aku sudah tahu perasaan kalian berdua, sama-sama saling mencintai. Tetapi bagaimana dengan keluarga Bapak dirumah. Apakah orang tua Pak Agung juga merestui hubungan kalian berdua? Kalau misalnya tidak merestui bagaimana coba? Tahu sendiri kan orang tua Pak Agung karakternya bagaimana. Mungkin Bapak lebih tahu dari aku. 

Mendengar penjelasan dari Pak Subhan, membuat Pak Agung semakin serius. Wajahnya yang merah menjadi tambah musam. Ternyata selama menjalin hubungan satu tahun dengan Bu Umi belum ia ceritakan kepada orang tuanya. Mendadak Pak Agung khawatir kalau orang tuanya benar-benar tidak setuju. Lantas ia bingung tidak tahu lagi harus bagaimana. 

“Pak..! Mungkin lebih baik kau jelaskan hubungan kalian dengan orang tua dirumah.”
“Cepat atau lambat itu lebih baik!” Ucap Pak Subhan lagi. 

“Meski kalian berdua sama-sama suka dan saling mencintai, tetapi dari kalian ada yang berbeda.” 

Lihatlah Bapak dari keturunan suku orang jawa, sedangkan Bu Umi sendiri adalah dari suku yang berbeda. Lantas pertanyaan saya bagaimana dengan orang tua Pak Agung sendiri?. Apakah menyetujui atau tidak. Aku yakin selama ini, orang tua Bapak belum tahu. Iya kan?

“Belum!” Jawab Pak Agung sambil menggelengkan kepala.
“Nah kan..! Benar dugaan ku.”

“Kalau memang Bapak benar-benar serius ingin menikahi Bu Umi di tahun ini. Maka segera bicarakan dengan orang tua. Minta doa restunya..! Jelas Pak Subhan lebih meyakinkan.
“Iya pak!” Pasti akan aku sampaikan dengna orang tua ku dirumah.

“Terimakasih atas semuanya!” Jujur selama ini aku tidak memikirkan hal itu!. Aku hanya memikirkan hubungan ku sendiri dengan Bu Umi, tanpa mempedulikan orang tua dirumah. Padahal orang tua yang lebih penting. Jawab Pak Agung seolah menyesal.

“Iya aku mengerti perasaanmu Pak!” Heheeee…! Jawab Pak Subhan sambil tersenyum.

Setibanya di rumah, malam harinya Pak Agung menjelaskan hubungannya dengan Bu Umi selama ini. Ia ingin orang tuanya tahu dan merestuinya. Meski disaat itu ada sedikit perbedaan pendapat antara orang tua Pak Agung sendiri, tetapi akhirnya semua ini diserahkan pada anak laki-lakinya. 

Orang tua pak Agung hanya berkata dan memberi pesan. Kalau memang benar-benar serius ingin menikah dengan calon yang sudah ia pilih. Maka orang tua tidak akan melarang. Silahkan jalani hubungan dengan baik penuh dengan tanggung jawab. Tanggung jawab sebagai laki-laki setelah menikah nanti. Itu pesan dari orang tua pak agung.

Tepat di tahun 2018 setelah mendapat persetujuan dari kedua orang tua masing-masing, akhirnya mereka sepakat untuk menikah. Sekarang Pak Agung telah resmi menjadi suami. Sedangkan Bu Umi pun sebaliknya telah resmi menjadi seorang istri. 

Atas dasar hubungan cinta akhirnya mereka bersatu dalam sebuah ikatan yang suci. Di acara itu, semua rekan guru, teman, saudara bahkan siswa-siswi dari SMK banyak yang datang untuk menghadiri acara pernikahan. Ucapan doa restu dan salam bahagia tercurah untuk Pak Agung dan Bu Umi.