Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gagal Kedua Kalinya

Gagal kedua kalinya
Gambar by Google

Pada hari Selasa 04 Februari 2020 bertepatan dengan jadwal dimana aku akan mengikuti ujian penerimaan sebagai karyawan di salah satu instansi yang tidak aku sebutkan namanya. Kenapa? Alasannya singkat karena aku “MALU”. 

Itu saja!. Ya..! aku malu menyebutnya. Cuma yang jelas apa yang ada dalam kisah ini aku jadikan sebagai pengalaman pribadi. Meski bukan pengalaman yang pertama kali, tetapi pengalaman ini akan aku jadikan sebagai pengalaman yang sangat berarti.

Setelah dua bulan yang lalu aku mendaftarkan diri sebagai peserta, jujur aku merasa sangat senang karena berkasku lolos secara administrasi dan memenuhi syarat untuk mengikuti ujian tahap awal. 

Nah! selang waktu dua bulan kemudian hasil pengumuman peserta tes akhirnya diterbitkan dan namaku ada dalam urutan di urutan paling bawah. “Alhamdulillah….” Akhirnya aku bisa mengikuti tes juga. 

Setelah mendekati hari dan tanggal tes justru aku malas sekali untuk belajar, malas untuk mempersiapkan diri mengikuti tes. Bahkan terbesit dalam pikiran ku “Apa aku tidak usah ikut tes aja ya!!” Aku terlalu pesimis dengan keadaan waktu itu. Kegiatan aktivitas lain, juga telah menyibukkan ku setiap hari. Hingga membuat tak ada waktu untuk membagi waktu belajar.

Entah kenapa! 

Lebih parahnya lagi, tepat di hari waktu tes cukup membuatku lelah, capek, jengkel dan rasanya di waktu itu ingin marah sendiri. Tapi tidak mungkin, hari itu aku harus ikut tes daripada dianggap gugur sebagai peserta justru malah menambah masalah. Sebenarnya yang menjadi persoalan karena ulah ku sendiri. 

Aku yang terlalu lalai dan kurang teliti mengenai persyaratan saat akan mengikuti tes. Di hari itu jadwal tes ujian pukul 12.30 sedangkan aku berangkat dari rumah pukul 11.30. Semestinya satu jam sebelum waktu tes semua peserta sudah berada di lokasi, tetapi karena aku menggampangkan keadaan hingga akhirnya aku datang terlambat.

Pukul 12.00 aku sudah sampai di lokasi tes, dan kulihat banyak dari peserta lain yang berdiri mengantri untuk melakukan registrasi dan pengecekan data. Karena aku datang, aku langsung mengambil posisi untuk ikut antri di barisan paling belakang. Ku lihat dari peserta lain identitasnya di cek satu persatu oleh panitia. 

Ternyata pada saat pengecekan, panitia mencocokkan nama di kartu peserta dengan data KTP/KK sedangkan aku waktu itu tidak membawa KTP apalagi KK. Aku hanya membawa selembar kertas kartu peserta ujian. Akhirnya dengan memberanikan diri aku terus maju mengikuti urutan antrian dan menanyakan langsung kepada panitia, kalau aku tidak membawa KTP atau KK. 

“Maaf pak, aku lupa membawa KTP.” Tanyaku pada panitia langsung.
“Terus dimana KTP kamu, kok bisa lupa membawa loh!” jawabnya.
“Iya pak, maaf!” aku berangkatnya buru-buru. Apakah aku bisa mengikuti tes hari ini pak! tanya ku langsung, mencari cara lain. 

Soalnya di waktu itu aku kembali pulang kerumah juga tidak mungkin. Akhirnya panitia tersebut menyarankan ku untuk membuat surat pernyataan yang isinya tentang alasannya kenapa aku sampai tidak membawa KTP.

Singkat cerita, dalam proses pembuatan surat pernyataan aku mondar-mandir keluar lokasi tes menuju tempat percetakan di lokasi itu. Meski tempatnya tidak terlalu jauh, tetapi cukup membuatku lelah. 

Baju putih dan celana hitam yang aku kenakan penuh dengan keringat. Apalagi ditambah dengan cuaca yang lumayan panas membuatku semakin berkeringat. Di waktu itu juga rasanya aku ingin berteriak sekuat mungkin, seolah melepas kesalahan yang aku buat sendiri. Aku yang lalai dan menggampangkan hal yang sangat sepele.

Setelah mengurus surat pernyataan yang aku buat, akhirnya aku bisa memasuki ruang tes yang ukurannya cukup luas. Di ruangan tersebut banyak sekali meja yang tersusun rapi dan di atasnya sudah terdapat layar komputer. Aku mencari posisi tempat duduk di bagian sebelah kiri bagian tengah. Satu persatu kulihat semua peserta tes mencari tempat duduk masing-masing.

Tidak lama kemudian terdengar suara dari panitia untuk memandu melakukan pengimputan data identitas peserta. Mendengar perintah tersebut tanpa berfikir panjang aku langsung memasukkan identitas ku sendiri sesuai pada layar monitor komputer. Setelah memasuki bagian awal, aku melihat waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal 100 dalam waktu 90 menit.

Aku sangat terkejut, pada saat mengerjakan soal ujian. Ternyata soal-soal tersebut bagiku sangat sulit. Jujur aku tidak bisa mengerjakannya. Aku melihat kearah samping kanan seorang peserta tes justru seolah menikmati soal dengan mengerjakan begitu santai.

 Sedangkan aku sendiri sangat gugup membaca soal aku baca berulang kali belum ketemu juga jawabannya. Waktu itu aku sangat stres dengan keadaan ku sendiri, ternyata seperti ini rasanya jika mengikuti ujian tanpa ada persiapan. 

Sampai batas waktu akhir habis aku juga belum selesai mengerjakan soal. Aku lihat di layar komputer waktu tersisa kurang 10 menit, sedangkan jumlah soal yang aku jawab masih kurang 40 nomor. 40 nomor tersebut adalah soal matematika. 

“Aduh…!! Bagaimana ini!” Waktu habis aku belum juga selesai. 

Akhirnya dengan jalan pintas, di menit-menit akhir aku menjawab soal dengan asal. Dari jumlah 40 soal tidak aku baca, cuma aku jawab dengan asal pilih jawaban. Hingga batas waktu selesai, aku cepat-cepat menekan tombol klik selesai pada mouse. Ternyata hasilnya sungguh mengejutkan..!! Nilainya sangat kecil sekali, jauh dari prediksi ku sebelumnya yang bisa diatas batas ketentuan passinggreat. 

Nilainya hancur!!

Ini kegagalan yang kedua kalinya..!! Ternyata oh ternyata aku gagal lagi!!. Setelah itu, aku segera keluar dari ruang ujian dan langsung pulang kerumah. Di tahun sebelumnya aku juga pernah mengikuti tes yang sama, tapi ternyata masih gagal. Ini adalah kegagalan yang kedua kalinya.